Senin, 06 Desember 2021

PENGENDALIAN TIKUS TERPADU

 

PENGENDALIAN HAMA TIKUS TERPADU

 

Pengendalian

Tikus sawah sampai saat ini masih menjadi hama penting pada tanaman padi di Indonesia. Sebaran populasinya cukup luas dari dataran rendah sampai pegunungan, dari areal sawah sampai di gudang/perumahan. Kerusakan padi akibat serangan tikus yang mencapai ribuan hektar dilaporkan pertama kali pada tahun 1915 di Cirebon, Jawa Barat, selanjutnya tiap tahun terjadi peningkatan kerusakan tanaman padi dengan intensitas serangan sebesar 35%. Pengendalian yang sesuai untuk saat sekarang adalah pengendalian hama tikus terpadu, dengan komponen pengendalian kultur teknis, hayati, mekanis, dan kimiawi.

Kultur teknik Tanam serempak.

Penanaman serempak tidak harus bersamaan waktunya, jarak antara tanam awal dan akhir maksimal 10 hari. Dengan demikian diharapkan pada hamparan sawah yang luas kondisi pertumbuhan tanaman relatif seragam. Apabila varietas yang ditanam petani berbeda, maka varietas padi yang berumur panjang sebaiknya ditanam lebih dahulu, sehingga minimal dapat mencapai panen yang serempak.

Apabila penanaman serempak, maka puncak populasi tikus menjadi singkat, yaitu ketika masa generatif dan pakan tersedia, pada saat itu tikus sudah menempati areal persawahan. Kepadatan populasi mulai turun pada 6-7 minggu setelah panen, tikus mulai meninggalkan sawah dan kembali ke tempat persembunyiannya. Kondisi ini tidak menguntungkan bagi perkembangan tikus, dan sangat berlainan apabila penanaman padi tidak serempak yang memberi peluang tikus untuk lama tinggal di persawahan karena pakan tersedia.

Meminimalkan tempat persembunyian/tempat tinggal. Ukuran pematang sebaiknya mempunyai ketinggian sekitar 15 cm dan lebar 20 cm, pematang seperti ini tidak mendukung tikus dalam membuat sarang di sawah, sebab kurang lebar dan kurang tinggi bagi mereka, sehingga tidak nyaman. Mereka memerlukan paling tidak tinggi dan lebar pematang sekitar 30 cm. Lahan yang dibiarkan tidak diolah juga menjadi sarang yang nyaman bagi tikus untuk sembunyi. Oleh karena itu pengolahan tanah akan mempersempit peluang menjadi tempat persembunyian mereka.

Sanitasi. Kebersihan sawah dan lingkungan sekitar sawah penting untuk diperhatikan, agar tikus tidak bersarang disana. Menjelang panen, populasi tikus meningkat dan mereka bersembunyi di sekitar sawah, maka tanah yang tidak ditanami akan tidak disukai mereka apabila di genangi air.

Hayati, Pemanfaatan musuh alami tikus diharapkan dapat mengurangi populasi tikus. Ular sawah sebenarnya menjadi pemangsa tikus yang handal, hanya sekarang populasinya di alam turun drastis karen ditangkap dan mungkin lingkungan tidak cocok lagi. Burung hantu (Tito alba) kini mulai diberdayakan di beberapa daerah untuk ikut menanggulangi hama tikus. Musang sawah juga memangsa tikus, namun sekarang sangat sedikit populasinya dan sulit dijumpai di sawah.

Mekanis, Pagar plastik dan perangkap sistem bubu. Pesemaian merupakan awal tersedianya pakan tikus di lahan sawah, sehingga menarik tikus untuk datang. Pemasangan pagar plastik yang dikombinasikan dengan perangkap tikus dari bubu dianggap merupakan tindakan dini menanggulangi tikus sebelum populasinya meningkat. Cara ini akan lebih efektif apabila petani membuat pesemaian secara berkelompok dalam beberapa tempat saja, sehingga jumlah perangkap dan plastik sedikit.

Pemasangan perangkap diletakkan pada sudut pagar plastik, pada sudut tersebut plastik dilubangi sebesar ukuran lubang pintu perangkap. Sekitar perangkap diberi rumput untuk mengelabuhi tikus, sehingga mereka tidak menyadari kalau sudah masuk perangkap. Pagar plastik menggunakan plastik dengan lebar 50-75 cm dan panjang secukupnya. Penggunaan pagar plastik tidak hanya untuk pesemaian, tetapi dapat juga untuk lahan sawah dengan tujuan melokalisir tempat masuknya tikus, yaitu mengarahkan ke lubang perangkap. Gropyokan. Cara ini banyak dilaksanakan di pedesaan, dengan memburu tikus di sawah. Seringkali dilibatkan anjing pelacak tikus dan jarring perangkap. Hasil gropyokan dapat dalam jumlah banyak tangkapan, apabila menyertakan banyak petani secara serempak di areal luas.

Kimiawi, Umpan beracun. Cara pengendalian kimiawi dilakukan dengan menggunakan rodentisida, berbahan aktif broditakum, bio madiolon, belerang, dan lainnya. Dan fumigasi lubang aktif / liang umumnya pelaksanaan pengendalian ini dengan memberikan umpan beracun kepada tikus. Namun sebelum dipasang umpan, perlu pemantauan tikus apakah populasinya tinggi atau belum. Tiap petakan sawah diberi sekitar 10 umpan, biasanya disediakan dulu umpan yang tidak beracun guna mengelabuhi tikus untuk tetap memakan umpan. Baru setelah beberapa lama, umpan beracun dipasang di sawah.

Fumigasi lubang aktif / liang. Tindakan ini manjur dilakukan saat padi pada stadium awal keluar malai dan pemasakan, karena merupakan stadium perkembangan optimal tikus, yaitu induk dan anaknya berada dalam liang. Pengemposan sarang perlu diperhatikan ukuran lubang dan diusahakan agar tidak terjadi kebocoran dan asap maksimal mencapai sasaran. Pengemposan dapat dilanjutkan dengan pembongkaran sarang tikus, untuk memaksimalkan hasil pengendalian.

Tikus yang telah terbunuh/tertangkap hanya merupakan indikasi turunnya populasi. Yang perlu diwaspadai adalah populasi tikus yang masih hidup, karena akan terus berkembang biak dengan pesat selama musim tanam padi. Disamping itu monitoring keberadaan dan aktivitas tikus sangat penting diketahui sejak dini agar usaha pengendalian dapat berhasil. Cara monitoring antara lain dengan melihat lubang aktif, jejak tikus, jalur jalan tikus, kotoran atau gejala kerusakan tanaman. Dan tidak kalah pentingnya adalah mewaspadai terhadap kemungkinan terjadinya migrasi (perpindahan tikus) secara tiba-tiba dari daerah lain dalam jumlah yang besar. (BY. PANCARWATI S, PPL NGRAMPAL)

 

PETUNJUK PENGENDALIAN HAMA WERENG BATANG COKLAT


 

Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.) merupakan hama dari golongan insekta yang sangat merugikan usaha tani padi. Serangan wereng coklat yang sangat berarti mengurangi hasil padi secara substansial, mengakibatkan kerugian di tingkat petani. Wereng menyerang pada smua stadia pertumbuhan padi dengan cara menghisap cairan tanaman. Populasi tinggi wereng coklat dapat menyebabkan daun berubah kuning oranye sebelum menjadi coklat dan mati. Kondisi ini disebut hopperburn, membunuh tanaman Wereng coklat juga dapat menularkan penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput yang sampai saat ini tidak bisa diobati.

Musuh alami wereng :

1.   laba-laba serigala

2.   kepik mirid

3.   kumbang koksinelid

4.   capung jarum

5.   kumbang paedorus

6.   belalang bertanduk panjang

7.   kumbang karabid

Tanda-tanda serangan :

Tanaman Menguning dan mengering dengan cepat.

Umumnya gejala terlihat mengumpul pada satu lokasi dan melingkar (hopperburn).
Wereng coklat merupakan vektor (penular) penyakit virus kerdil rumput tanaman padi

Cara Pengendalian :

A.  Pencegahan :

1. Bersihkan gulma dari sawah dan areal sekitarnya.

2. Penggunaan varietas unggul tahan wereng contoh adalah Inpari 6, Inpari 13 , Inpari 18, Inpari19, Inpari 23

3. Amati wereng di persemaian setiap hari, atau setiap minggu setelah tanam pindah pada batang dan permukaan air. Periksa kedua sisi persemaian. Pada tanaman yang lebih tua, pegang tanaman dan rebahkan sedikit dan tepuk dengan pelan dekat bagian basal untuk melihat kalau ada wereng yang jatuh ke permukaan air.

4. Gunakan perangkap cahaya

5. Tanam jajar legowo

6. Pemupukan berimbang

B. Pengendalian hayati

1. Penggunaan agensi hayati Metharizium anisopleae dan jamur Beuveria sp, Verticillium.

2. Pengendalian menggunakan musuh alami/ predator (paedorus fuscifes, laba-laba, cooccinella sp, Ophionea nigrofasciata dll). Untuk memanfaatkan predator ini kita harus melakukan pengamatan minimal 1 minggu 1 kali dan gunakan insektisida yang selektif untuk menghindari terbunuhnya musuh alami tersebut.

C. Pengendalian kimiawi

1.      Penggunaan insektisida berbahan aktif buprofezin , BPMC, imidakloprid

2.      Penggunaan insektisida yang tidak sesuai akan mengganggu keseimbangan alami karena terbunuhnya musuh alami wereng, menyebabkan resurjensi atau ledakan serangan hama. Sebelum menggunakan pestisida, hubungi petugas perlindungan tanaman atau penyuluh untuk mendapatkan saran dan petunjuk. Baca petunjuk yang tertera di label dengan teliti setiap sebelum pestisida digunakan.

 Pengendalian Wereng coklat

Wereng coklat (Nilapavarta lugens) merupakan salah satu hama penting pada tanaman padi, karena pada serangan yang berat dapat menyebabkan puso (gagal panen).
a. Ekobiologi Wereng Coklat

Ekobiologi hama wereng adalah sebagai berikut:

• Menyukai tanaman yg dipupuk N dosis tinggi dengan jarak tanam rapat.

• Siklus hidup 21-33 hari.

• Stadia rentan adalah sejak pembibitan hingga fase masak susu.

• Hama menghisap cairan tanaman pada sistem vaskuler (pembuluh).

 Imago Wereng Coklat

b. Tanda Serangan

Tanaman padi yang terserang hama wereng coklat menunjukkan gejala menguning dan mengering dengan cepat. Umumnya gejala terlihat mengumpul pada satu lokasi dan melingkar (hopperburn). Selain sebagai hama, wereng coklat juga merupakan vektor (penular) penyakit virus kerdil rumput pada tanaman padi.

Pengendalian Wereng Coklat

Pencegahan:

1.   Bersihkan gulma dari sawah dan areal sekitarnya.

2.   Hindari penggunaan pestisida secara tidak tepat yang dapat menyebabkan terbunuhnya musuh alami.

3.   Gunakan varietas tahan,. Inpari 6, Inpari 13 , Inpari 18, Inpari19, Inpari 23

4.   Jumlah kritis: Pada kepadatan 1 wereng coklat/ batang atau kurang, masih ada peluang untuk bertindak guna menekan populasi.

5.   Amati wereng di persemaian setiap hari, atau setiap minggu setelah tanam pindah pada batang dan permukaan air. Periksa kedua sisi persemaian. Pada tanaman yang lebih tua, pegang tanaman dan rebahkan sedikit dan tepuk dengan pelan dekat bagian basal untuk melihat kalau ada wereng yang jatuh ke permukaan air.

6.   Gunakan perangkap cahaya pada waktu malam ketika terlihat ada gejala serangan wereng. Jangan tempatkan cahaya dekat persemaian atau sawah.

7.   Jarak tanam jajar legowo

8.   Pemupukan berimbang

Pengendalian secara mekanik dan fisik:

1. Genangi persemaian, selama sehari, sampai hanya ujung bibit saja yang terlihat.
2. Sapu persemaian dengan jaring untuk menghilangkan wereng (tapi tidak telurnya), terutama dari persemaian kering. Pada kepadatan wereng yang tinggi, penyapuan tidak akan dapat menghilangkan wereng dalam jumlah banyak dari bagian basal tanaman.

 Pengendalian hayati:

1. Bila musuh alami lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan wereng, risiko ledakan serangan kecil. Musuh alami wereng termasuk laba-laba,kumbang tanah,paedorus dan beberapa jenis parasitoid telur.

2. Pemanfaatan agensi hayati cendawan patogen seperti Beauveria sp, Metarhizium Anisoptiae, Verticillium.

 

 Pengendalian kimiawi:

1.   Apabila populasi hama sudah di atas ambang ekonomi maka perlu penggunaan insektisida dengan bahan aktif buprofezin, BPMC dan imidakloprid.

2.   Penggunaan insektisida yang tidak sesuai akan mengganggu keseimbangan alami karena terbunuhnya musuh alami wereng, menyebabkan resurjensi atau ledakan serangan hama. Sebelum menggunakan pestisida, hubungi petugas perlindungan tanaman atau penyuluh untuk mendapatkan saran dan petunjuk. Baca petunjuk yang tertera di label dengan teliti setiap sebelum pestisida digunakan

(by : Pancarwati S, SP,. PPL Ngrampal Sragen Desember 2021)

 

PENGENDALIAN TIKUS TERPADU

  PENGENDALIAN HAMA TIKUS TERPADU   Pengendalian Tikus sawah sampai saat ini masih menjadi hama penting pada tanaman padi di Indonesia...